Free Angel Fly Redhead Cursors at www.totallyfreecursors.com
Deamardeka :): Seperti tak bernyawa. Pada akhirnya perasaan ini hanya bisa terkubur dalam harapan.

Sabtu, 25 Agustus 2012

Seperti tak bernyawa. Pada akhirnya perasaan ini hanya bisa terkubur dalam harapan.


Aku merasakannya lagi. Sosok hangatmu dalam ketikan pesan itu. Kau datang bersama kalimat-kalimat konyol hanya ingin mengucapkan “Selamat Ulang Tahun”. Sudah hampir tiga tahun kurasa aku melewati teriknya bulan Desember sendirian. Untuk memperingatinya, aku biasa tidur tengah malam dan mendengarkan lagu-lagu kesukaanmu. Ya aku masih mengingat semua lagu kesukaanmu. Mungkin kau tak akan percaya. Karena aku sendiri pun tidak percaya aku mengingatnya. Seringnya aku hanya bisa secara diam-diam memperhatikan fotomu yg berjalan-jalan di Timelineku. Membalas setiap mention yg masuk dari teman-temanmu dgn ramah. Mungkinkah aku termasuk ke dalam teman-temanmu itu? Aku ingin sekali bisa dengan leluasa menyapamu di twitter. Berbalas mention tanpa ada rasa takut bahwa kita sedang terawasi oleh seluruh penghuni timeline. Tapi entah sudah berapa lama aku tak berani menyapamu lagi. Aku tak berani mengambil tempat untuk ada di dalam repliesmu. Hah rasanya aku ingin tertawa setiap aku ingat betapa anehnya perasaanku ini. Aku yg masih saja merindukanmu dan tersenyum sendiri tanpa alasan yg jelas. Padahalkan saat itu kau yang memutuskan untuk meninggalkanku. Alasanmu sungguh tak dapat aku terima dengan logika. Tapi aku bisa apa saat itu?  Emosiku memuncak sudah. Pandanganku padamu hanya kau lelaki terjahat. Kau cinta pertamaku tapi kau yg melukaiku. Kau yang berjanji ini-itu tapi kau yang mengingkarinya. ‘Yasudah, pergi saja’ hanya itu balasan pesanku kepadamu. Dan setelah hari itu tak ada lagi kau yg mengucapkan selamat tidur dgn Bahasa Inggrismu itu. Taka da lagi aku yg mengingatkanmu jangan tidur larut malam. Dan tak ada lagi kita yg memenuhi inbox masing-masing hingga pagi datang. Semua seperti terenggut dengan kasar. Dan meninggalkan goresan disini. Didalam kotak pengharapan…
Saat  itu. Pagi-pagi buta. Semua teman-teman telah sibuk dengan riasannya masing-masing. Dan mungkin kau juga sedang mencocokkan dasi dengan kemeja yg akan kau kenakan ke acara perpisahan angkatan. Aku takut. Aku takut jika hari ini selesai maka kita akan selesai juga. Kau akan sibuk dengan sekolahmu nanti, begitu juga aku. Aku takut kita akan semakin-semakin jauh.
Tepat pukul 08.00 acara akan dimulai. Tapi sungguh aku masih dalam perjalanan. Perbaikan jalan di dekat gedung pertemuan membuat kendaraan tak dapat bergerak leluasa. Tapi sungguh juga aku melihatmu. Sekalipun wajahmu tertutup dengan helm fullface aku masih bisa mengenalimu. Kau mengenakan kemeja merah dan dasi hitam. Warna baju kita senada. Merah. Mungkinkah kita sempat untuk mengambil gambar bersama di hari perpisahan angkatan ini? Aku hanya bisa tersenyum simpul membayangkan hal itu benar terjadi. Tiba sudah aku di gedung pertemuan. Dengan mengangkat sedikit kain songketku aku berjalan memasuki gedung. Aku mencari-mencari dimana sosokmu berada. Dan….Ternyata kau menghampirinya. Perempuan yang sekarang dekat sekali denganmu. Baju kalian juga senada. Berwarna merah. Dan kalian pasti akan banyak mengambil gambar berdua hari ini. Arrrrrgggghhhhh!!! Rasanya aku ingin pulang dan mengurung diri di kamar….
Setelah hampir dua jam kami mengikuti acara-acara yang sudah disusun, kini saatnya acara bebas. Saatnya si ‘anak sulung’ menunjukan bakat bermain musiknya. “Vin, Erik kan ngeband juga. Udah tau kan? Mau liat?” Tutur Jojo sahabat dekatku. Sebenarnya aku sudah tau Erik akan manggung hari ini. Aku sempat menyemangatinya lewat pesan singkat saat hari penyeleksian itu. Dan Erik berterimakasih dan memberitahuku bahwa ia lolos seleksi. Tapi aku tak sanggup sepertinya melihatnya bernyanyi lagu BrunoMars yang berjudul It Will Rain. “Gue mau langsung pulang aja. Kepala gue sakit Jo. ByeAku bergegas bangkit dari kursi dan mengangkat kain songketku agar memudahkanku saat berjalan. Saat aku membalikan badan, Erik sudah ada di hadapanku. Dia tersenyum sangat lebar. Matanya seperti ikut tersenyum. Indah. Meskipun kacamata yg menutupi matanya. Untuk beberapa detik aku sempat memperhatikan wajahnya. Dan tiba-tiba…..”Vin pinjem Jojonya sebentar ya” Glek! Kenapa Erik minjemya Jojo? Kenapa gak aku?!! “Eh iya Rik. Jojo juga standby tuh” Erik segera menarik tangan Jojo dan membawanya ke dekat karangan bunga. Erik mengajak Jojo berfoto bersama lima temanku. Yaw ajar saja Jojo yg dipinjam. Jojo sering menceritakan kepadaku bahwa Erik sekarang menjadi temannya. Erik sering minta saran kepadanya tentang bagaimana memperlakukan perempuan. Tapi kenapa harus Jojo? Aku kan mantan kekasihnya. Hey Vina kau hanya mantan kekasih Erik! Tak lebih bahkan mungkin kurang! Baiklah aku hanya bisa memendamnya saja.
Satu bulan, tiga bulan, enam bulan berlalu setelah acara perpisahan angkatan itu. Komunikasiku dengan Erik mendadak menjadi lebih baik setelah ia tidak berhubungan lagi dengan kekasihnya. “Vin cepet move on dong dari gue. Maaf ya gue jadi gak enak sama lu kalo gue udah punya pacar. Makanya gue cerita ke Jojo” Jadi selama ini alesannya karena itu? Berarti Erik……..Mukaku merah seketika. Tanganku dingin saat membaca pesannya “Gue udah move on. Cuma belum ada yang srek aja. Kayak kemarin pacaran cuma jalan 7 bulan. Gue gapapa Rik. Gue gak cemburu :P“ Aku hanya bisa berboohong padanya. Sebetulnya aku belum bisa move on. Maafkan aku Erik. “Bener udah? Kok kalo ada gue lu ngehindar Vin? Di sekolah juga jarang nyapa :P. Kirain msh cemburu *eh=))” Erikkkk!!!!!! Kenapa jadi asik seperti ini percakapan kami. “Ada waktunya gue nyapa lu. Mau bgt ya dicemburuin sama mantan lu yg satu ini?” “okedeh kalo gitu. Cepet move on ya gendut” Berubah derastis. Taka ada lagi emoticon dari Erik. Rasanya semua tak bernyawa lagi. “oke thx ErikJ” Lima menit, sepuluh menit, dan tak ada lagi balasan dari Erik.
Hampir tiga tahun sudah aku dan dia berpisah. Dan setelah percakapan malam itu tak ada lagi komunikasi antara aku dengan dirinya. Yang  aku tau dia tak ingin pacaran dulu katanya. Aku senang, entahlah setan apa yang kini hinggap di hatiku. Hari ini aku harus ke sekolah lamaku. Ada beberapa data yang masih harus aku tanda tangani. Dan ada dia juga ternyata. Kami berpapasan tapi kami tak saling menyapa satu sama lain. Saat aku meliriknya saja pandangan dia hanya lurus ke depan dan seperti tidak melihatku barusan. Hah inikah saatnya bahwa aku dan dia akan semakin jauh? Aku mulai merindukannya. Aku berterus terang kepada Jojo tentang perasaanku setelah aku berpisah dengan Erik. Aku mengatakan bahwa aku tak bisa melupakan Erik. Aku jujur bahwa pacarku setelah Erik hanya sekedar pacar transisiku saja. Saat itu aku sedang mencoba melupakan Erik, dan benar saja hubunganku hanya berjalan 7 bulan. Dan sekalipun Erik telah mempunyai pacar, aku masih saja memperhatikannya saat ia bermain futsal di lapangan sekolah. Aku masih saja mencari tau kabar terbarunya dengan stalking di Timelinenya. Bahkan aku jujur kepada Jojo bahwa aku selalu memperhatikan pergantian Display Picture milik Erik. Sungguh hal bodoh semuanya menurutku. “Vin gue udah nebak kok semuanya itu. Keliatan bgt dari setiap cara lu ngeliat Erik atau sikap lu tiap papasan sama Erik” Jojo emang hebat atau dia sebenernya dukun sih.. “Jo gue….gue gak bisa ngelupain Erik” Jojo tertunduk. Dia berpikir keras sama seperti saat UN beberapa waktu lalu. “Lu harus jujur ke Erik. Apapun resikonya” Muka Jojo terlihat mantap. Bahkan tangannya erat memegang pundakku sambil menggoyangkannya. “Enggak Jo, gue gak yakin. Gue takut akan respon Erik. Paling ujung-ujungnya gue simpen di Draft 
Satu bulan sudah aku berpisah dengan Jojo. Begitu juga dengan Erik. Aku dan dia kini tak lagi dalam lingkungan yang sama. Aku sudah disibukkan dengan setumpuk tugas SMA-ku. Erik tak sesering dulu lagi mampir di fikiranku. Komunikasi? Kami betul-betul lost contact satu sama lain. Aku juga sudah terbiasa tanpanya. Aku mulai mengatasi perassanku akan Erik. Aku telah berhasil belajar melupakan ErikJ Hari ini tepat ulang tahunku yang ke 15. 25 Agustus 2012. Teman-teman di sekitarku mengucapkannya. Begitu banyak doa-doa mulia yang dipanjatkan khusus untukku. Aku bahagia, amat sangat bahagia. Entah aku tak teringat Erik sedikitpun dan tiba-tiba pesan darinya datang. Dengan kalimat konyolnya dia mengharapkan beberapa kemajuan untukku. Dan ada emoticon ‘:P’ di dalam pesannya. Hatiku telah terlatih untuk berdegup teratur saat semua hal tentang Erik menghampiriku. Aku hanya tersenyum simpul saat membalas pesannya. Dan setelah itu Erik kembali hilang tidak membalas pesanku lagi. Ya. Aku telah terbiasa. “VIN!! Lo jujur ke Erik tentang perasaan lo?” Glek! Jojo datang dengan pertanyaan yg membuatku kembali mengingat Erik. “Lu kata siapa? Nggak. Gue gak jujur ke Erik” “Oh. Emm Vin. Erik nembak gue. Gue juga syg sama Erik. Menurut lu gimana? Sorry ya Vin :\” Dan lagi…..Kenapa seperti ini akhirnya? Rumit. Beban. Harus jujur atau tidak kah aku tentang perasaanku sebenarnya? “Hahaha. Gapapa Jo. Terima aja kalo kalian emg saling-saling. Erik cowok baik kan? Gue? Gue udah biasa aja ke Erik J”  “Makasih banyak ya Vina({}) bahagia gue bahagia lu juga kok. Pasti!!” Air mataku menetes lagi membaca pesan Jojo. Sahabat baikku akan bersama lelaki terbaikku. Mungkin inilah cara yang harus aku lewati untuk melupakan Erik. Dan, seperti tak bernyawa. Pada akhirnya perasaan ini hanya bisa terkubur dalam pengharapan……..

NB; Terinspirasi dari @icayusman My soul-sister
-Dtm

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar